Selasa, 19 April 2016

JAMBU MADU DELI HIJAU (MDH)


Jambu Air (Water Apple; Bell fruit)
Nama ilmiah: Syzygium samarangense (Blume) Merrill & Perry; Eugenia javanica
Berasal dari Asia Tenggara, jambu air umumnya berupa perdu dengan tinggi tanaman 3-10 m.
Tanaman jambu air akan tumbuh baik di daerah dengan curah hujan rendah, sekitar 500–3.000 mm/tahun  dan musim kemarau lebih dari 4 bulan.
Intensitas cahaya matahari yang ideal adalah 40– 80%. Suhu yang cocok untuk per-tumbuhan tanaman adalah 18-28oC dan kelembaban udara 50-80%.
      
Daun bertipe tunggal tidak lengkap karena hanya memiliki tangkai dan helaian daun, lazimnya disebut daun bertangkai. Daun tunggal terletak berhadapan, bertangkai 0,5-1,5 cm. Helaian daun berbentuk jorong dengan ukuran 7-25 x 2,5-16 cm.
 
 
Buah bertipe buni, seperti buah pir yang melebar dengan lekuk atau alur-alur dangkal membujur di sisinya, bermahkota kelopak yang melengkung berdaging dengan ukuran 3,5-4,5 x 3,5-5,5 cm. Bagian luar buah mengilap seperti lilin, berwarna merah, kehijauan atau merah-hijau kecoklatan. Daging buah berwarna putih, berair, bagian dalam seperti spons, aromatik,  dengan rasa manis atau asam manis.
          
      
 
Jambu air memiliki khasiat dalam mengobati penyakit ginjal, membantu menyehatkan mata karena mengandung banyak vitamin A, dan vitamin C yang terkandung didalamnya berperan dalam mempercantik kulit, dan sebagai antioksidan.
(Sumber: Hermanto Catur, dkk,  2013, Keragaman dan Kekayaan Buah Tropika Nusantara, BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN)
Jambu Madu Deli Hijau (MDH)
Jalah satu varietas jambu Air yg saat ini sedang naik daun adalah Jambu Madu Deli Hijau (MDH). Jambu ini banyak dikembangkan di Stabat Sumatera Utara. Jambu yg sangat dijaga sangat ketat oleh pengebun keturunan China ini, sampai-sampai utk masuk dan keluar kebun, karyawan yg bekerja di situ dilakukan pemeriksaan agar entres tidak keluar. Jambu MDH oleh keturunan China tsb langsung diekspor.
Asal usul Jambu MDH
MDH menurut Bp. Sadikin petani Stabat dan bekerja di perkebunan keturunan China tsb sbgm diceritakan langsung kpd ana bhw MDH pertama kali masuk ke Indonesia dibawa oleh seorang perempuan tua keturunan China yg tinggal di Deli Tua. Dia membawa MDH dari Taiwan. Pengebun keturunan China mendapatkan entres dari perempuan tua tersebut. Oleh pengusaha keturunan China tersebut jambu MDH dikebunkan di Stabat sejak 2006 dg dikelilingi tembok dan dijaga anjing agar tdk semua orang mudah masuk dan tidak terjadi pencurian entres.
Jika dari buahnya, kita tdk bisa memperbanyak secara generatif krn jambu ini tidak ada bijinya dan perbanyakan generatif juga memberikan turunan yg belum tentu sama dg induknya. Agar entres tdk keluar, setiap dilakukan pemangkasan tajuk, sampah bekas potongan tajuk langsung dibakar di kebun tersebut dan ini bisa bertahan sampai sekitar 6 tahun.
Menurut Bp. Sadikin krn sampah bekas potongan tajuk yg semakin lama semakin banyak mk pembakarannya ada yg kurang sempurna shg sekitar tahun 2012 an ada entres yg bisa diselamatkan oleh Bp. Sunardi yg diambil dari tempat pembuangan entres yg sdh dibakar.
Oleh Bp. Sunardi entres tsb dipelihara dan diperbanyak serta didaftarkan ke dinas terkait shg mendapatkan sertifikat resmi dari pemerintah. Pensertifikatan ini menjadikan Bp. Sunardi sebagai penemu Jambu MDH.
 
Jambu Madu Deli Hijau
(Sumber foto: Isto Suwarno, 2016)
 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar